Senin

MARCHING KID KOMUNITY ADAKAN LOMBA DRUMBAND

Nama: Rico Hendar Saputra Lubis
NIM: 20060530114
Kelas: E

Yogyakarta,26 maret 2009 Marching Kid Komunity mengadakan lomba Drum Band yang diberi Tajuk Lomba Marchinng Band SD danTK se-DIY, bertempat di Kompleks Purawisata Yogyakarta. Dimulai pada jam 13.00 lebih. Acara dibuka oleh Pembina utama Marching Kid Komunity Indra Hutama.mengatakan bahwa kedepan acara ini diharapkan akan dapat menjadi sarana penjaringan bibit pemain Drum band sekaligus dapat memperkenalka Drum Band lebih luas lagi.Ditambahkan juga bahwa Drum Band adalah saan buat anak sejak dini untuk dapat berdisiplin diri.
Diikuti sekitar tiga tim SD dan delapan tin Tk yang sudah sebelumnya melalui tahap seleksi tanggal 24 maret 2009. Acara sendiri mempertandingkan beberapa kelas baik untuk tingkat SD maupun TK. Berikut ini adalah pemenangnya, Juara Umum untuk tingkat SD dimenangkan oleh SD Muhammadiyah Karang Kajen, dan untuk tingkatn TK Juara umum dimenagkan oleh TK Ushwatun Khasanah masing-masing tim juara mendapatkan Piala Merching Komunity.

Kain Batik di Jaman Modern

Nama : Dyogi Miyosa Trianzie
Kelas : E
Mata Kulaih : Dasar-dasar Jurnalistik
Dosen : mas Danu

Berbeda dengan sangat drastis dari masa lalunya yang gemilang sebagai ikon budaya dan busana, kini kain batik hanya mampu menyandang ikon sebagai busana tradisional dan baju kondangan atau busana pada acara seremonial semi formal yang ada pada saat ini.

Telah cukup banyak peragaan busana dan pameran mode yang mengangkat kain batik sebagai tema utama. Bahkan sering diadakan lomba rancang batik tetapi, pada kenyataannya kain batik belum mampu menjadi busana yang populer. Banyak desainer mencoba untuk membawa batik ke dunia modern saat ini. Tetapi hampir semua usaha menggunakan batik sebagai busana popular yang modern atau batik sebagai tempelan motif model tren saja. Batik tetap saja terasa berdiri asing diantara gemerlap karya busana itu sendiri. Batik seolah tidak menyatu sebagai satu kesatuan utuh dengan busana itu sendiri.

Dalam proses pembuatannya batik itu sendiri dapat dibagi 3 jenis dalam proses pembuatanya, yaitu : batik tulis, yang prosesnya ditulis dengan menggunakan tangan dalam proses pembuatanya, dan ada juga batik cap yang menggunakan stampel dalam proses pembuatanya, kemudian ada batik printing yang dibuat menggunakan mesin atau screen sablon.

Ketika isu “Back To Nature” sedang hangat dibicarakan dalam kalangan masyarakat seluruh dunia, salah satunya adalah ketertarikan masyarakat kembali ke jaman tradisional tentu saja membawa angin segar untuk para pengrajin batik tulis, dan membuat mereka gembira. Akan tetapi kegembiraan itu hanya sesaat saja, karena masyarakat bukan membeli dan menggunakan batik tulis tersebut, melainkan masyarakat lebih tertarik memilih dengan menggunakan proses batik printing, yang bermotifkan batik.

Ketika masyarakat memilih untuk membeli batik printing ini maka yang di untungkan hanyalah para pemilik modal yang besar saja, bukan pengrajin kain batik tulis yang memproduksi batik itu sendiri dengan cara manual. Karena batik printing ini dikerjakan menggunakan mesin dan hanya orang – orang tertentu saja atau para pemilik modal besar yang bisa menikmati hasil dari proses ini. Bukan pengrajin kecil kain batik. Akan tetapi pengrajin kecil kain batik tulis ini menjadi tidak popular. Karena yang popular pada saat ini adalah batik printing, bukan batik tulis.

Selasa

Ruri, Pengusaha (ter)Muda di Jogjakarta

JOGJAKARTA (20/3)- Disaat mahasiswa seusianya sedang sibuk-sibuknya mengurusi tugas kuliah, namun Septiana Heriana sudah sibuk mengurusi LCD 47 inch sebanyak 24 buah di setiap tempat di bandara Adi Suctipto dengan nilai ratusan juta rupiah.

Awalnya Ruri (begitu panggilan akrabnya) yang berkuliah di jurusan ilmu komunikasi Universitas Gadjah Mada program D3 periklanan ini memang tidak pernah menyangka bisa menjadi pengusaha muda. Namun Ruri mempunyai prinsip dasar pada hidupnya, yaitu ia harus selangkah lebih maju dibanding teman-temannya.

Di tahun keduanya ia berkuliah, disaat teman-teman seangkatannya sibuk kuliah, Ruri mulai memberanikan diri untuk magang di dunia broadcasting. Hingga akhirnya pas di hari ulang tahunnya yang ke 20, Ruri mendapatkan tawaran untuk bekerja secara professional sebagai tenaga pengajar, masih di bidang broadcasting tentunya. Setelah itu Ruri pun mulai memberanikan diri untuk menjadi tenaga buruh lepas atau yang biasa disebut freelance. Pengalaman yang didapat saat menjadi freelance adalah mempunyai networking yang luas.

Kurang lebih setahun Ruri menjadi freelance, Ruri kembali menjadi tenaga kerja professional. Kali ini bukan di bidang broadcasting, tetapi menjadi Strategic Planner di Think Tank Communications. Dan akhirnya pada akhir tahun 2007 Ruri keluar keluar dan mendirikan Hey Creative! Communication. Hey Creative! Communication merupakan perusahaan marketing komunikasi yang saat ini mengerucut ke bidang media komunikasi. Ruri mengajak teman-temannya yang juga keluar dari Think Tank Communications untuk bergabung dengannya. Hey Creative! Communication inilah yang menjadikan Ruri menjadi seorang pengusaha muda.

Di bawah ini adalah wawancara KEEPers (yang diwakili oleh Arga) dengan Ruri , seputar proyek Flight Information System Display yang ada di bandara Adi Sutcipto:

Kenapa sih kok memilih bidang media?
Saat itu saya termotivasi untuk berinovasi dan saya melihat ada peluang bisnis sangat bagus di bidang media


Awal proyek di Hey Creative! Communication?

Setelah melihat ada peluang bisnis di bidang media akhirnya kita memfokuskan diri terjun di bidang media (bukan lagi di marketing komunikasi). Proyek pertama kita ya ini, Flight Information System Display

Bisa dijelaskan apa itu Flight Information System Display?
Yaitu, media audio visual yang diletakkan di bandara, seperti memindahkan televise ke bandara. Ada 24 LCD yang kita letakkan di sana

Bagaimana cara anda mendanai proyek tersebut?
Karena modal yang ada cuma otak aja, jadi kita membuat konsep yang sangat matang

Bagaimana cara anda meyakinkan investor untuk menaruh modalnya?
Ya dengan bisnis plan yang baik tentunya

Apakah anda tidak takut gagal dengan kerugian yang besar?
Memang resiko selalu ada, dan semua itu ada didalam bisnis plan yang kita buat, sehingga maju terus pantang mundur

Apa kiat-kiat yang bisa diberikan kepada KEEPers, agar bisa seperti anda?
Konsistenlah dengan masterplan yang udah kalian bikin, dan banyak-banyaklah membuat networking disaat usia masih muda

Senin

Pa'DE sang Juru Parkir

Pak De panggilan akrab teman-teman sesama juru parkir di sekitar kantor pos jogja yang pada saat itu di daerah demangan.10 tahun yang lalu ia masih menjadi juru parkir kantor pos, sakarang ia hanya jadi juru parkir di salah satu warnet disudut kota jogja. Jam menunjukan pukul 20: 35 (20/03/2009)saya pun melanjutkan obrolannya dengan pak De. Menurutnya juru parker sekarang dengan dulu sangat berbeda, walau jumlah kendaraan bermotor dijogja tahun ini sangat jauh berbeda ketimbang jogja saat dulu tetapi untuk menafkahi seorang istri dan ketiga anaknya ia mampu dan sangat cukup. Tidak dengan sekarang.

Pengalaman pak De sendiri sebagai juru parkir sangatlah banyak, dimulai tahun 2000 ia menjadi juru parkir di sekitar kantor pos yang tepat di sebelah bank B.I, selama 5 tahun ia sabar menekuni profesi sebagai juru parkir. Kemudian di pertengahan tahun 2006 ia pindah ke utara yaitu di depan Mall Malioboro. Omset di sekitar Mall Malioboro lebih besar tatapi itu belum disunat(dipotong) untuk oknum-oknum tertentu.

"Ibaratnya jika sepenggal jalan cukup dipegang lima jukir, tetapi kenyataannya dipegang 10 jukir sehingga harus gantian. Namun, itu tidak bisa terelakkan karena banyak orang mengais nafkah dengan menjadi jukir dan mereka punya keluarga," Tutur pak De

Sekitar 8 bulan yang lalu pak De jadi juru parkir di warnet deket rumahnya, menurutnya usia yang tidak muda lagi menuntutnya untuk bekerja di tempat yang tidak jauh dari rumah. (tantowy)

IKom radio

KASIHAN (21/3) – Ikom radio kini terlihat lebih sibuk dari biasanya. Setidaknya itu terbukti dari aktivitas di dalam satu radio komunitas UMY ini. Tak tanggung-tanggung, puluhan mahasiswa konsentrasi broadcasting selalu memadati ruangan produksi dari 107,7 FM Ikom Radio.

Fenomena di atas mungkin bukanlah hal yang baru. Tetapi itu bisa dilihat sebagai sesuatu yang cukup membanggakan karena di hari biasanya Ikom radio nampak sepi. Kalaupun ramai itu hanya dari awak Ikom radio saja. Diantaranya adalah Tomo, Station Manager Ikom Radio dan Permana, Music Director (MD) yang mengakui sampai kewalahan untuk mengurusi para pengunjung yang bermaksud untuk memakai ruang produksi radio. Di sisi lain, meski menjadi repot paling tidak Ikom bisa dimanfaatkan secara optimal oleh para Mahasiswa khususnya dari jurusan komunikasi UMY.

Permana juga menambahkan bilamana aktivitas di radio biasanya dipakai untuk praktek produksi materi acara yang terkadang bagi para pemakainya harus booking jauh-jauh hari agar bisa dapat tempat. Karena dalam beberapa kasus ada dua kelompok yang secara bebarengan berminat untuk memakai tempat produksi. Jikalau sudah begitu salah satunya harus mengalah.

Kelompok-kelompok produksi dari Konsentrasi Penyiaran (Broadcasting) Jurusan Ilmu Komunikasi UMY tersebut mengakui amat senang bisa praktek langsung di dunia broadcasting terutama radio seperti diakui Ajeng, produser Ponari Production. Ditambahkan mereka sangat bersyukur mempunyai fasilitas yang cukup memadai ditunjang dengan dosen yang berpengalaman di dunia penyiaran.(anomp)

Aziz : Mensyukuri Diri Sendiri

Tujuh belas tahun sudah dunia kejam dijalani Aziz. Tinggal bersama neneknya yang terus merawatnya. Satu cita-cita yang tak muluk-muluk adalah cukup menjadi orang yang sukses. Tetapi jalannya tak mudah. Karena sejak umur tujuh tahun kedua orang tuanya sudah tiada. Ibunya meninggal karena sakit keras dan ayahnya terkena penyakit pencernaan akut yang juga kemudian merenggut nyawa. Betapa raut mukanya amat lesu. Neneknya harus bekerja keras karena harus menghidupi dua saudara Aziz yang lain. Sehingga beban ekonomi tentu sungguh berat, belum lagi usaha neneknya sedang morat-marit. Sekolah menjadi tempat yang amat disukainya. Beruntung ia dapat melanjutkan sekolah sampai SMA berkat usaha bantu-bantu neneknya berdagang.

“Kini aku hanya ingin memperbaiki nasibku,” kata Aziz.
Satu kata yang cukup menyentuh penulis. Mengingat ia hanya seorang kuli. Memang jika ditilik dari prestasi sekolah yang diraihnya tidak begitu mengecewakan. Ia langganan rangking kelas. Tetapi kini hanya menjadi seorang pekerja kasar. Masa lalu di sekolahnya tidak sebanding dengan realitas masa depan. Kehidupan memang tak pernah linier. Segala kejayaan atau kesuksesan yang didapat pada hari ini akan hilang begitu saja. Lebih mirip suatu kurva fluktuasi yang selalu naik turun. Tidak akan tahu apa yang terjadi esok hari. Tentu kita akan sangat merasa sebagai orang yang merugi bila kesenangan yang ada hilang sekejap saja dalam satu kedipan mata.

“Tapi aku bersyukur bisa mendapatkan rezeki dengan jalan halal, meskipun sedikit yang paling penting berkah,” pengakuan Aziz dalam suatu kesempatan pembicaraan sembari mencuci mobil majikannya.

Pria lajang ini tak pernah meninggalkan sholat dan selalu beramal. Karena ibadah dianggapnya sebagai suatu kebutuhan. Beramal? Tentu bukan hal baru bagi kita. Tetapi saat kita tengok upah bulanannya yang di bawah Upah Minimum Regional (UMR) menjadikan saya cukup terkejut. Karena menjadi rahasia umum bilamana banyak orang kaya yang “pelit” untuk bertsedekah. Ketika ditanya tentang hal itu ia hanya menjawab, kebahagiaan bukan milik kita saja dan aku hanya ingin berbagi saja dengan mereka yang tidak mampu.

Betapa mulianya kuli yang giat ini dalam kesehariannya jika dibandingkan dengan mereka yang lebih mampu dan lebih beruntung nasibnya dibanding Aziz. Banyak dari orang yang lebih mampu tidak pernah bersyukur. Tidak pernah menunaikan kewajiban untuk sholat apalagi membayarkan zakatnya.

Keberuntungan bukan sebagai alasan untuk melupakan Tuhan Semesta Alam yang tidak pernah melupakan hamba-Nya yang mau mengingatnya. Bergaji kecil tak membuatnya patah arang untuk tetap menuntut ilmu. Lihat saja kamarnya yang dipenuhi buku-buku ilmu pengetahuan yang didapat dari hasil menyisihkan sebagian koceknya. Mungkin jumlah bukunya mengalahkan koleksi mahasiswa mana saja. Ia tetap berpegang bahwa mencari ilmu adalah wajib bagi. Dengan kata lain ia aplikasikan perintah agama yang dianutnya tentang kewajiban membaca. Salah satu cara mencari ilmu adalah membaca. Harian dan koleksi bukunya digunakan untuk menambah ilmu dan pengetahuannya.
Bukan suatu hal yang melebih-lebihkan tetapi ini hanya sekedar kenyataan bahwa Aziz yang kurang beruntung daripada orang lainnya dimana dalam segala kekurangannya sebagai yatim piatu sekaligus orang yang kurang mampu dapat tetap mengamalkan segala perintah agamanya. Seperti yang telah dituliskan bahwa Sang Kuli selalu bersemangat untuk beribadah dan menuntut ilmu. Dua hal yang belum tentu dilakukan oleh orang yang mempunyai kesempatan lebih luas. Semisal orang yang mampu dan masih mempunyai dua orang tua yang selalu memberikan kasih sayangnya.

Pagi di cuaca dingin itu adalah berlangsungnya Final Liga Champion 2007. Tentunya sangat membahagiakan karena finalis yang berlaga adalah favorit Aziz. Sembari merayakan kemenangan AC Milan 2-1 atas Liverpool ia senang bisa menonton acara live tersebut karena pada kesempatan yang sama ada beberapa orang yang tidak dapat menyaksikan siaran langsung itu lantaran lebih memikirkan perut kosong mereka yang seharian tidak dapat terisi karena tidak berpenghasilan. Memang cara bersyukur paling efektif adalah dengan melihat ke bawah, bukan melihat ke atas yang justru akan membuat kita terlena. Sebagai orang miskin harus bersyukur dengan melihat orang lain yang tidak mempunyai rumah untuk berlindung. Sedang bagi tunawisma atau orang terlantar bersyukur karena mereka masih berkesempatan menghirup segarnya udara dunia karena ada beberapa rekan mereka yang telah dipanggil lebih dulu oleh sang Khaliq. Berterima kasih atas apa yang didapat akan membuat kita selalu merasa berkecukupan. Karena nafsu harus kita kendalikan, bukan justru nafsu yang mengendalikan kita. Andai sampai pada level seperti itu kita tak ubahnya binatang yang terus memperturutkan hawa nafsu.

Bersyukur banyak caranya. Semisal di saat kita mempunyai sepeda motor untuk dipinjamkan kepada orang lain yang membutuhkannya untuk kebaikan.. Itu adalah bentuk bersyukur kita yang mempunyai sepeda motor. Karma akan datang setelahnya, barang siapa memudahkan urusan orang lain maka dia akan dimudahkan tuhannya.(anom-original)

Selasa

Pesta Musik Indie


YOGYAKARTA : Musik indie kembali menggemuruh di Jogja Tronik, dimulai dari tanggal 11-13 Maret 2009. Acara diselenggarakan oleh Gondo Production selaku Event Organizer dan dimeriahkan oleh 29 band pengisi. Tentunya bagi musisi indie khusunya di Yogyakarta, acara tersebut merupakan kesempatan untuk unjuk gigi dan mempropagandakan kreatifitas sekaligus idealisnya.

Menurut pihak Gondo Production yang kami temui ketika acara berlangsung, “Acara ini termasuk langka, karena dari 29 band yang tampil, mengusung genre yang berbeda, dimulai dari Pop, Rock, Metal dan bahkan Punk,” jelas Huda. Dari 29 band pengisi, ada satu band yang sangat ditunggu-tunggu aksinya, yaitu Dream Society. Band asli Yogya yang mengusung aliran Punkabilly (Punk Rock Country) mampu menghipnotis puluhan penonton di Jogja Tronik menjadi meriah. Selain karena aksi panggung mereka yang memukau, mereka juga memainkan alat musik tiup harmonica. Tak heran penonton terpesona dengan tiupan beracun Topan Murdox (vokalis Dream Society).

Selain itu, meskipun acara tersebut diselenggarakan di Jogja Tronik namun pihak penyelenggara menyulapnya dengan menempatkan aneka macam-macam jajanan kuliner ternama di Jogja, seperti Tela-tela, Es Teler 77 dan banyak lagi. Sehingga baik musisi maupun pengunjung Jogja Tronik akan terasa dimanjakan.

Jogja Kota Komunitas



Setiap malam minggu terutama setelah pukul 21.00 terlihat disetiap sudut kota Yogyakarta beraneka ragam kelompok remaja berkumpul. Secara kasat mata terlihat jelas ada sebuah kersamaan yang membuat mereka berkumpul atau membentuk sebuah komunitas, baik itu hobi atau hanya sekedar mencari banyak teman.Jalan jendral Sudirman menjadi sebuah pilihan untuk kebanyakan dari semua komunitas yang ada di kota Yogyakarta yang notabene adalah kota yang penuh dengan Mahasiswa.

Komunitas Vespa contohnya yang keberadaanya kini semakin popular dikalangan mahasiswa. Beraneka ragam komunitas Vespapun muncul diantaranya Scoomy yang bermarkas di depan kampus UMY lama Wirobrajan. Mayoritas dari anggotanya adalah mahasiswa hanya beberapa diantaranya yang sudah berumur. Ini adalah menandakan bahwa tidak sedikit remaja yang memilih Vespa ketimbang kendaraan yang keluaran baru.
Menurut salah seorang dari anggotanya Iwan yang akrab disapa Japra’ “ sekarang yang antik yang paling keren, kalau menggunakan motor keluaran baru alias jepangan ( motor buatan Jepang ) itu adalah hal biasa dan kurang menarik.Dan juga merupakan hobi tersendiri untuk memiliki Vespa. Prinsipnya , Motor boleh tua tapi jiwa tetap muda” ujarnya.

Rutinitas malam mingguan adalah sebuah hal yang di tunggu – tunggu oleh para pecinta motor tua ini, mereka bisa saling tukar informasi tentang seputar vespa, banyak hal yang mereka dapatkan ketika berkumpul bukan hanya tentang vespa tapi juga kedekatan emosional diantara sesama.

Biasanya mereka setelah berkumpul mengadakan Rolling alias keliling kota start dari wirobrajan menuju jalan sudirman hingga sekitar Abarukmo Plaza dan finish di jembatan jalan sudirman, dan disana bertemu dengan sesama vespa dari komunitas lainnya. Menginjak tengah malam mereka membubarakan diri.

(As’ad PW 20080530139)

Roadshow Pinasthika 2009



Akhirnya Pinasthika (ajang lomba iklan tingkat nasional) memasuki tahun ke sepuluh atau tepat satu dasawarsa. Semasa pertumbuhannya, Pinasthika telah mengalami metamorfosa yang makin mendewasakan dirinya. Dari tahun ke tahun, Pinasthika selalu berusaha mengangkat nilai-nilai kehidupan yan terisnpirasi dari cerminan pertumbuhan industri lokal daerah.

Semenjak pelaksanaannya terdahulu, panitia penyelenggara Pinasthika memang telah mengusung konsep yang berbeda. Namun tentu saja, menjadi berbeda itu membutuhkan keberanian, keberanian dalam membuat keputusan. Kali ini masih dalam misi encouraging industri periklanan dalam kancah persaingan global, maka tahun 2009 Pinasthika memakai tema Be The Legend. Maksudnya, Pinasthika ingin mencoba menanamkan semangat para legenda kepada para insan kreatif periklanan. Ilustrasi ini juga sebagai pemacu semangat seluruh insan periklanan daerah, agar tak kalah berhenti menghasilkan karya-karya terbaik mereka.

Pada awal bulan April ini, panitia juga sudah membuat perencanaan jadwal mengenai publikasi Pinasthika, atau Roadshow Pinasthika 2009. Roadshow kali ini juga kemungkinan akan dilaksanakan ke beberapa kota besar di luar Pulau Jawa.

Berikut ini adalah hasil wawancara KEEPers dengan Rizal, salah satu public relation dari Pinasthika 2009 :

Apakah yang beda dalam Pinasthika kali ini?
Salah satu yang beda dalam Pinasthika kali ini yaitu ruang lingkupnya yang mulai merambah Asia, padahal tahun-tahun sebelumnya baru merambah tingkat nasional saja

Untuk mahasiswa sendiri, apakah Pinasthika merupakan ajang yang bergengsi untuk bersaing dengan mahasiswa dari kampus lain?
Di dalam Pinasthika, terdapat kategori Ad Student. Kategori ini merupakan ajang kompetisi yan gakan mempertemukan mahasiswa dari seluruh kampus di Indonesia, bukan hanya kampus lokal Jogja saja

Apakah tema Be The Legend akan dipakai juga untuk mahasiswa?
Tentu. Meskipun mahasiswa dapat dinilang amatir, namun kecintaan mahasiswa yang besar terhadap dunia periklanan, mimpi mereka untuk menjadi legenda di dunia periklanan bukanlah hal untuk ditertawakan. Mimpi untuk menjadi legenda tentunya harus dimulai pada saat usia muda

Adakah gambaran untuk para jurinya?
Wah, untuk saat ini masih rahasia. Tapi yang pasti juri-jurinya merupakan insan periklanan yang namanya sudah dikenal. Dan satu lagi kejutan, jurinya juga ada yang dari luar negeri

Kapan roadshow Pinasthika 2009 ini dimulai? dan kemana saja?
Rencananya akan digelar pada pertengahan April dan berakhir pada bulan Mei. Roadshow kali ini akan dilaksanakan ke berbagai kota besar di Indonesia seperti Solo, Semarang, Purwokerto, Surabaya, Bandung, Jakarta, Malang, Bali dan Makasar

Apakah kampus UMY juga termasuk salah satu tempat roadshow yang dipilih oleh panitia?
Tentu saja, tunggu ya..

Senin

Jurusan Ilmu Komunikasi UMY berkunjung ke Radio Swaragama

24 orang mahasiswa dari Jurursan Ilmu komunikasi UMY yang menjadi peserta mata kuliah Komunikasi Massa mengadakan kunjungan media ke Stasiun Radio Swaragama di daerah wilayah sekitaran Bunderan UGM yogyakarta, hari Kamis 12 maret 2009 pada pukul 14.00 WIB.

Diterima dengan ramah oleh Direktur Utama (Amir), dan ditemani oleh 3 orang DJ Swaragama yaitu Bonny Prasetyo (DJ dan Direktur Produksi), Lia Maulida (DJ), dan Boma (DJ). Pada kesempatan kali ini, rombongan dari UMY di berikan penjelasan tentang berbagai macam seluk beluk Swaragama sekaligus menjawab beberapa pertanyaan dari mahasiswa.

Disini disini dijelaskan bahwa Swaragama adalah radio bersegmen anak muda dan lebih mengedepankan lagu-lagu dari dalam negeri. Dijelaskan juga beberapa poin penting tentang kompetensi sekaligus kualifikasi seorang dapat bekerja di dunia komunikasi terutama di dunia penyiaran radio.

Pada akhir sesi kunjungan Rombongan UMY diajak oleh staf Swaragama untuk melihat secara langsung proses produksi yang terjadi di Swaragama, mulai dari ruang prosuksi sampai ke ruangan On-Air, yang baru saja pindah per 31 januari 2009 lalu. Bahkan diberi akses untuk masuk ke studio yang rencana akan dijadikan tempat On-Air dari Jogja Familiy, yaitu “adik” radio dari Swaragama sendiri, tutur mas Boma yang menjadi pemandu tour media saat itu.

Powered By Blogger